Senin, 03 Desember 2012

Temuan Baru Menunjukkan Evolusi Kadang Mengarah ke Lebih Sederhana, Bukan Lebih Kompleks

Pandangan yang menyatakan bahwa hewan menjadi lebih kompleks seiring berjalannya waktu mungkin akan berubah dengan hadirnya temuan dalam sebuah penelitian terbaru. Bukti baru dari para ilmuwan di Universitas St. Andrews menunjukkan bahwa beberapa hewan modern justru berevolusi menjadi kurang kompleks.
Para peneliti menyatakan, penemuan sisa-sisa lingkungan gen yang pernah ada pada nenek moyang yang hidup 550 juta lalu menunjukkan bahwa hewan paling awal ternyata lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology ini tampaknya bertentangan dengan persepsi umum evolusi, yang menyatakan bahwa makhluk hidup mengalami kemajuan dengan secara genetik menjadi lebih kompleks dari waktu ke waktu.
Para peneliti, di bawah pimpinan Dr. David Ferrier dari Institut Kelautan Skotlandia di Universitas St Andrews, menemukan bahwa beberapa hewan modern seperti spons, ubur-ubur jengger dan placozoa mungkin telah berevolusi dengan kehilangan beberapa gen dan mungkin menjadi disederhanakan dari nenek moyang yang lebih kompleks, asal di mana seluruh hewan berevolusi.
Dr. Ferrier bersama timnya mempelajari gen-gen utama, Hox dan ParaHox, yang dikenal memiliki fungsi untuk membangun tubuh bagi hampir seluruh hewan modern. Mereka mengontrol tulang rusuk mana yang berevolusi pada manusia atau sayap mana yang berevolusi pada lalat, dan yang dapat terganggu akibat penyakit seperti kanker dan diabetes.
Sebelum penelitian ini, terdapat perdebatan di kalangan para ilmuwan mengenai apakah gen ini berevolusi secara bertahap, atau selama evolusi hewan awal, atau malah hadir pada hewan-hewan paling pertama.
Dr. Ferrier menjelaskan, “Pandangan konvensional saat ini menyebutkan bahwa gen-gen ini saling terkait dengan peningkatan kompleksitas hewan sebagaimana nenek moyang hewan awal tergantikan oleh makhluk yang lebih maju, dengan keragaman jenis sel yang lebih besar dan rentang gen-gen yang lebih luas yang membangun peningkatan bertahap ini pada kompleksitas.”
Dengan membandingkan genom hewan seperti manusia dan anemon laut, para peneliti mampu merekonstruksi ‘lingkungan-lingkungan’ di seputar gen Hox dan ParaHox pada nenek moyang hewan-hewan ini, sekalipun nenek moyang tersebut sudah punah lebih dari 550 juta tahun yang lalu.
Para peneliti menemukan bahwa beberapa hewan, seperti spons dan placozoa, yang berevolusi lebih awal dari anemon laut dan manusia, masih tetap memiliki lingkungan-lingkungan tersebut meskipun tidak memiliki gen Hox dan ParaHox.
Dr. Ferrier melanjutkan, “Lingkungan-lingkungan tersebut bagaikan hantu dalam genom-genom ini, memperlihatkan reprensentasi samar tentang apa yang ada sebelumnya, dengan gen Hox dan ParaHox yang sudah mati dan menghilang, namun meninggalkan skema hantu.
“Hasil kerja kami ini menghadirkan pandangan yang sama sekali berbeda dengan konsensus yang telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir tentang nenek moyang hewan pertama.”
Pendekatan baru ini, yang mengungkap asal muasal purba gen-gen kontrol perkembangan penting tersebut, kini menandai kembalinya perburuan gen-gen tersebut pada garis keturunan hewan awal."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar