Kedua protein ini diperlukan bagi sel punca melanosit melakukan
pemeliharaan diri dan pigmentasi yang tepat di sepanjang rentang hidup
tikus. Tanpa kedua protein ini, bulu tikus akan berubah menjadi putih.
Penelitian yang mengungkap peran protein ini dipublikasikan dalam
tinjauan Cell Report dan membuka jalan bagi kemungkinan serius
dalam rangka menghentikan pembentukan melanoma, suatu jenis tumor yang
berasal dari sel melanosit.
Melanosit adalah sel-sel dalam
organisme yang digunakan untuk pigmen kulit, bulu dan rambut. Pigmentasi
berfungsi melindungi diri dari matahari dan memberi warna pada
organisme. Kerusakan pada sel-sel ini bisa menyebabkan kanker kulit yang
dikenal sebagai melanoma. Melanoma merupakan kanker yang sangat agresif
dan menjadi sangat sulit untuk diobati seiring perkembangan dan
metastasisnya.
Beberapa tahun lalu, para peneliti menemukan bahwa,
pada manusia, gen B-Raf (kode gen untuk protein yang sama) bermutasi di
dalam lebih dari 50% melanoma. Dan dalam beberapa tahun ini, pengobatan
kanker mengalami kemajuan yang spektakuler berkat pengembangan
inhibitor farmakologis yang menargetkan sebuah enzim: kinase B-Raf.
Meskipun demikian, dalam pengobatan ini, kanker kembali lagi muncul pada
beberapa pasien, yang menunjukkan bahwa tidak semua sel kanker sudah
tereliminasi. Hal ini membuat para peneliti meyakini bahwa B-Raf
bukanlah satu-satunya elemen yang mendorong terjadinya proses kanker.
Dalam
riset terbaru ini, para ilmuwan mencoba memahami bagaimana melanosit
berfungsi secara normal, untuk kemudian memahami peran spesifiknya pada
kanker. Untuk mempelajarinya, mereka menyingkirkan ekspresi protein
B-Raf, lalu pada gilirannya ekspresi C-Raf, pada tikus berbulu hitam
(Tikus berwarna hitam dipilih agar dapat terlihat jelas perubahan
pigmentasinya).
Hasilnya, tak ada perubahan pigmentasi pada tikus
yang ekspresi salah satu proteinnya, B-Raf ataupun C-Raf, telah
disingkirkan dari jalur sel yang memproduksi melanosit. Sedangkan tikus
yang B-Raf dan C-Raf-nya dihapus secara bersamaan memiliki warna yang
normal saat lahir, namun semakin kehilangan pigmentasi seiring usia.
Mereka berubah dari hitam menjadi kelabu, sebelum akhirnya memutih.
Bagi Alain Eychène,
pemimpin tim riset, “observasi ini merepresentasikan kesalahan dalam
peremajaan melanosit. Karena warna hitam telah ada saat lahir, sel-sel
pigmen jelas ada. Bagaimanapun juga, pemutihan progesif pada bulu, saat
B-Raf dan C-Raf terhapus dari jalur sel, membuktikan bahwa kedua protein
ini dibutuhkan untuk peremajaan melanosit.”
Seperti halnya semua
sel, melanosit berasal dari sel induk; sel ini bertanggung jawab untuk
peremajaan selama pergantian kulit. Penelitian ini menunjukkan bahwa
secara khusus populasi sel induk itu sendiri menghilang secara progresif
pada tikus mutan. “Ini adalah demonstrasi in vivo yang pertama dari peran protein RAF dalam peremajaan-diri sel induk,” kata Eychène.
Kenyataan
bahwa B-Raf dan C-Raf sama-sama terlibat dalam mengendalikan dan
meremajakan sel induk pigmen menghadirkan langkah lain ke arah
terwujudnya pemahaman dan pengobatan melanoma. Dengan
menghambat protein-protein ini (dengan menggunakan inhibitor) pada
pasien kanker, maka dapat dimungkinkan suatu saat para peneliti akan
berhasil menyingkirkan semua sel induk kanker, yaitu penyebab yang
mungkin berada di balik kasus terulangnya kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar